Kalau anda kemari nyari info tentang orang idiot. Sumpah! Anda salah blog.

Minggu, 06 Januari 2013

(Bahloel Jalan-jalan)^2 = Pesiden hampir turun tangan! Part 1

Liburan bung!!!! Tapi tinggal sehari lagi ;_;

BTW Selamat Tahun baru 2013!!! Selama masih Januari tidak ada namanya telat ngucapin selamat tahun baru. Kesuksesan gw selama 2012 cukup banyak rupanya. Mulai dari berhasil naik kelas, TO SNMPTN bisa masuk Universitas Brawijaya Arsitektur, sampai selamat dari kiamat 21 Desember 2012.

Well, selama liburan 2 minggu kemarin gw sempet jalan-jalan dua kali (makanya judulnya pangkat 2) dan saat jalan-jalan yang pertama gw lagi males nulis karena kakak gw dateng dari Malang lagi liburan sebelum ulangan di UnBraw. Lumayan gw bisa main Call of Duty : Modern Warfare 3 sama Tropico 4. Itulah sebabnya gw sekalianin sama post ini. Lagipula gw bikin postingan ini karena paksaan dari teman-teman hati kecil menulis gw meminta gw untuk menulis kembali (Jiaaahhh...).


Perjalanan pertama gw dan Bahloel Ranger yang diikuti gw, Moza, Arsyan, Dimas, dan Dika. Adzie? Perlu gw tuliskah setelah kalian baca post ini? Perlu? Good. Oh ya kita juga bareng sama anak-anak kelasnya Moza, Bundadari Family. Yes, nama yang aneh (ngaca woi!!).

Kita semua fusion untuk pergi kembali megahancurkan.... ehem.... jalan-jalan ke Taman Mini Indonesia Indah. Seperti biasa kita berangkat pagi untuk mencegah biaya tambahan (baca: masuk gratisan!) dan tidak naik motor disana. Tapi emang Bahloel, di suruh ngumpul jam 7, nyampe jam setengah 8. Itu juga masih belum siap berangkat. Sayangnya yang Bahloel itu gw sama Arsyan. Gw jam 7 baru berangkat terus nungguin Arsyan di depan komplek, dia juga yang telat, nungguin antrian nasi uduk dia bakal bekal disana. 

Tentu saja kita semua sudah 'veterinarian', eh...... 'veteran' ding, untuk jalan-jalan di sekitar TMII. Kita udah tau apa-apa yang harus disiapkan selama perjalanan sebagai seorang 'penghemat'. Bahasa gaulnya sih 'gembel'. Minum udah siapin satu anak 1,5 liter air putih dan bawa makan sendiri. Tapi tetep aja, sebagai orang yang ga mau ribet...... ok ok gw ngaku, pemales, gw ga bawa makanan sendiri. Tapi gw bawa minum, satu hal yang bisa menyingkirkan kita dari headline koran lampu merah dengan judul 5 anak mengering di Taman Mini.

Akhirnya kita semua berangkat. Bundadari family pada bawa motor, sementara Bahloel Ranger, yang udah punya rencana, naik angkot. Sampai disana, kita ditakutkan oleh akankah petugas Taman Mini sudah banyak belajar selama ini untuk membuat para penyusup ini bayar tiket. Dugaan kami benar. Saat masuk gerbang, ada satpam yang menghampiri para Bahloel yang berjalan kaki. "Beli tiketnya nanti disana ya, yang ada mas-masnya itu" dia nunjuk ke arah mas-mas yang ngurus tiket mobil dan motor. Di sana Bundadari family sudah 'terjebak' dan tidak bisa mengelak. Sementara kami? Melengos jalan tanpa ada hambatan bersama 1 keluarga yang juga merasa tidak berdosa. Apa yang membedakan kita  dengan keluarga itu? Mereka tidak lari tunggang langgang sambil teriak-teriak. Tebak saja siapa Bahloel yang lari. Betul, Moza, Dika dan Arsyan. Mereka yang saat jalan-jalan kemarin di Taman Mini juga lari saat lewat loket tiket yang belum siap jual. Ga kenal mode : on.

Setelah berkumpul kembali dengan Bundadari Family yang ngakak campur kesel liat kita, terutama Moza, lari ga bayar tiket. Liatlah perbedaan orang yang penuh persiapan dan yang baru tau. Oh ya disana kita juga nungguin teman sekelas kita dulu, Beatrix, yang pindah ke Filipina, dia lagi liburan ke Jakarta, bareng pacarnya. Bahloel Ranger? 2 orang cuman punya mantan 3 orang lagi ga jelas. Kita dan BF (Bundadari Family, singkatannya) langsung minjem sepeda tandem. Seperti biasa kita kembali meminjam tandem 3 dan tandem 2. Sementara yang lain ada yang sendiri ada yang tandem 2. Sebagai orang insting, Arsyan kembali memegang kendali sepeda 'maut' itu bersama gw dan Moza sebagai korban. Setelah pemanasan beberapa menit, kita langsung cao keliling TMII.

Sepeda maut yang kita pakai memang maut . Baru di pakai udah ada yang teriak. Bukan, bukan orang yang lari karena takut di tabrak oleh kita yang teriak, tapi Arsyan yang teriak. "Rantainya lepas!!" Langsung saja kita berhenti. Ikhbal, salah satu BF juga berhenti.

Oh ya belum pada kenal ye? Ikhbal, bukan masuk Bahloel Ranger, tapi salah satu orang luar yang akrab sama semua anggota Bahloel. Biasa dipanggil Pomel, karena tinggal di daerah Pondok Melati yang disingkat Pomel. Dia sekelas sama Moza dari kelas 11 dan sering jalan bareng Moza, bukan dalam artian intim. Salah satu penghuni Pomel yang unik. Bisa mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi walaupun sudah akhil balig. Seperti lagu jingle sepeda 'Family", ketawa cewe jerawatan di episode Spongebob Squarepants yang mau mandiin Gary dan teriakan opera dari lagu "Everything at Once"-nya Lenka. Mahluk Pomel memang unik-unik. Pertemanan gw dengan dia dimulai pas gw minta uang pinjeman Moza pas kelas 11. Dia bareng Moza, diketahui kalau dia juga nagih utang. Kita temenin Moza buat bayaran sekolah dulu (waktu itu masih ada bayar bulanan). Saat masuk Moza kedalam, ditinggalkanlah gw dengan Ikhbal dama posisi yang sangat awkward. Diem diem diem terus akhirnya dia ngomong "Moza emang suka ngutang ya?". Gw jawab aja sambil cengengesan " Hehe... iya". What an absurd start, but our friendship goes on and he become one of my best friends. Mulailah kita Shalat bareng dan pulang bareng. Mungkin emang udah hukum bawah sadar gw kalau pulangnya bareng gampang jadi temen.

Back to story. Kita bersama-sama mencoba membetulkan rantai sepeda itu, dan akhirnya berhasil juga. Karena kita di tungguin di depan kita langsung jalan bareng. Kita  mencoba ngebut lagi dengan sekuat tenaga. SREK!! Bukan bunyi celana robek, tapi rantainya ngajak di kilion. Lepas lagi. Okay, we learn something. Tidak ada ngebut-ngebut.

Setelah beberapa lama, akhirnya kita sudah sampai di ujung TMII. Tapi sebentar, kayaknya sih gw tau daerah sini. Dimas udah memperingati gw. "Hayo lo, turunan maut di depan!". OH IYA!! Itu turunan kemarin yang dimana Arsyan bertindak begitu extreme! Terima kasih terhadap peringatan dini mental sudah siap. Tapi rasanya masih ada yang belum siap. Tiba di turunan, baru inget apa yang belum siap. "Syan!! Ntar rantainya kepas lagi!!" gw memperingati Arsyan. Tapi semuanya sudah terlambat. Arsyan sudah belok. Ternyata yang belum siap sepedanya. Well, f**k.

Dimana ada turunan pasti ada tanjakan, dan itu disaat sang rantai dari sepeda binal ini lepas. Udah capek teriak, sekarang mesti dorong nih sepeda naik menuju jalan utama. Ikhbal cuman bisa geleng-geleng, Dimas sama Dika, yang naik sepeda tandem 2, cuman bisa memaklumi anak-anak Bahloel ini. Sementara para BF sudah tidak terlihat lagi. Minum 1,5 liter bisa habis buat sepedahan doang ini. Setelah membetulkan rantai kita langsung memutuskan untuk menukar sepeda jahanam ini.

Belum sampai setengah jalan, badan sudah terasa capek. Bukan karena sepedahan, tapi karena teriak panik saat Arsyan memegang kemudi dan ketawa-ketawa gila. Kali ini gw yang nyetir. Saat sedang down, Ikhbal langsung mengatakan quote dari Kimamru di Naruto yang dia tonton beberapa hari yang lalu. "Aku tidak bertarung dengan badanku, tapi dengan semangatku". Hal itu pun memotivasi kita. Kita semua langsung bergabung (baca: pegangan sama sepeda gw) dan bersepeda menggunakan semangat bukan badan. "HIIIIIYYYYAAAA!!!!!111!!!!" Kita berteriak mengeluarkan semua semangat yang masih tersisa dan karena badan yang capek, kita tidak menggoes sepeda. Tidak menggunakan badan, tapi semangat. "HIIIIYYAAAAA!!!!!" berlanjut terus sampe alun-alunnya. Bener-bener ga tau malu.

Tapi di tengah jalan menuju alun-alun sebelah, teriakan semangat kita berubah saat Ikhbal nyeletuk "Go Go Nankatsu!!". Semua teriakan kita sekarang berubah menjadi teriakan yang bisa di dengar saat menonton Captain Tsubasa. "Ayo Tsubasa!!", "Tendangan Macan!!", "Serang! Hyuga!! " "MISAKI!!!", "Ayo maju, Misugi!!", "Tangkap bolanya, Waksimatsu!", "AH! Jantungku!", "Misugi!! Tidak!!" dan lain-lainnya sambil ngobrol tentang para pemain-pemain di Captain Tsubasa.

Sampai juga di alun-alun. Kok bisa nyampe padahal ga goes? Kau meremehkan semangat kami nak! (padahal sih karena jalannya emang turunan). Kita langsung menukar sepeda laknat ini dengan sepeda baru. Akhirnya kita dapatkan sepeda tandem 3 yang baru. Kali ini kita pindah posisi. Arsyan sekarang bareng Dimas, Dika gantiin Arsyan bersama gw dan Moza. Kita sangat berharap banyak. Terlalu banyak. Saat mencoba untuk ngebut di jalan lurus, tiba-tiba cetak! Copot juga rantainya, dua sekaligus. Kamplet, ini ternyata kembarannya sepeda tadi. Sama-sama binal, jahanam dan laknat. Ya sudahlah, the show must go on. Kita lanjutkan saja perjalanan ini sambil nyari diaman anak-anak BF yang lain. Gw suruh Moza buat menghubungi teman-temanya lewat Whatsapp. Oh iya, Beatrix kemana sama pacarnya? Kata Dimas dia lagi berduaan sama pacarnya. Yo wes lah, daripada mengganggu kemesraan mereka berdua dengan kebahlulan kita. Bayangin aja coba dia sama pacarnya naik sepeda bareng sama kita saat kita semua teriak-teriak kayak orang gila bebas dari Grogol.

Kita pun melewati Sasono Langen Budoyo, satu lagi peristawa Bahloel terjadi. Saat sedang jalan-jalan tiba-tiba Dimas nyuruh kita berhenti. Ada apa gerangan? Apakah sudah ada korban lagi? Ternyata bukan. "Ntar dulu jaketnya Arsyan nyangkut di gerigi sepeda". Give me a break!!! Daritadi udah ketawa sampai capek ini disuruh ketawa lagi. Semua orang yang ngeliat 6 onggokan daging ini melakukan kebinalan pun ikut tertawa. "Itu putar ke kanan dek rodanya" seseorang berusaha membantu sambil cengengesan dari jarak jauh. "Enggak pak, di putar ke kiri" Dimas membalas dengan yakin. Dan Dimas benar. Jaket Arsyan pun bebas. "Noh nambah kerjaan buat emak lu!" cerocos Moza. "Makanya dek jaketnya diiket di leher" Bapak yang tadi berusaha membantu lagi. "Yang kenceng iketnya!". Good advice sir, good advice.

Setelah muter-muter ga jelas dan kembali lagi ke tempat jaket Arsyan nyangkut tadi, kita bertemu salah satu  anggota BF yang telat dateng, Hasbi. dia udah nyewa sepeda sendiri. Kita pun melanjutkan perjalanan kembali setelah mendapat kabar bahwa anak-anak BF sudah berada di danau yang di tengah. Kita semua langsung menuju posisi yang dimaksud. Dan terlihatlah anak-anak BF yang sudah berkumpul di pinggir danau. Disana kita istirahat sebentar sambil foto-foto. Pelajaran yang didapat saat sedang di danau adalah jangan makai celana warna terang. Tanyakan hal tersebut pada Moza yang celananya kototr karena duduk ditanah yang agak basah. Terlihat mural yang indah di pantatnya seperti habis buang air besar di celana.

Waktunya mengembalikan sepeda. Sekarang gw sama Dika naik tandem 2, sementara Dimas, Arsyan dan Moza naik sepeda tandem 3. Saat perjalanan mau dimulai tiba-tiba ada suara yang cetar membahana. CTAK!! Rantainya copot lagi? Jalan aja belum. Lalu apa? Itu standarnya. Copot. Are you f**king kiddimng me.... Copot bukan sekedar copot, tapi patah. Bagus. Tinggal nunggu poster wajah-wajah Bahloel yang tertulis "Blacklist pengunjung. Jika terlihat segera lapor petugas binatang terdekat yang membawa senapan bius". Ini bukan cuman sekedar kembaran sepeda yang tadi, tapi kembaran jahat! Udah persis dah kayak sinetron ada kembaran jahatnya. Belom juga berangkat, Ikhbal bermain maut, berdiri dengan gagahnya di jalan tanpa memperhatikan motor yang lalu lalang. Bisa ditebak sebuah motor menuju kearah Ikhbal. NGEEEENG...... Ikhbal lari tunggang langgang ke pinggir sambil tertawa. Entah karena shock therapy atau sensor takutnya ketuker sama sensor ketawanya. Perjalanan kembali di lanjutkan

Akhirnya gw bisa merasakan ngebut dengan sepeda tanpa ada hambatan apapun. Gw sama Dika langsung melesat kencang melewati teman-teman yang lain diikuti Ikhbal. Saat ngebut gw melihat Arsyan, Dimas dan Moza yang berhenti karena rantainya lepas. Setelah cukup jauh, gw, Dika dan Pomel menunggu di depan Iptek. Anak-anak BF udah pada lewat. Tapi Moza dkk tidak terlihat. Kita pun akhirnya menyusul mereka.

Mereka tidak dapat ditemukan. Udah di susurin sampai ke jalan sebelum kita ngebut. Mereka tetap tidak terlihat. Kita pun akhirnya mencoba ke alun-alun. Siapa tau dia langsung balikin sepeda. Di jalan kita melihat anak-anak BF belok ke arah Museum Air Tawar. Kita ikutin aja, siapa tau Moza dkk sudah di sana. Sampai disana mereka tetap tidak terlihat. Anak-anak BF pun akhirnya cuman foto-foto di sana hingga Wati, salah satu anak BF naik ke panggung ponton dipinggir danau. Merekapun mendapat objek baru untuk tempat poto. Gw sama Dika ga ikut karena merasa di luar dunia mereka. Mereka seneng poto, kita mukanya fotofobik. Gw sebagai orang baik pun yang bagian moto. Semua anak BF, kira-kira 10 orangan lah, naik ke atas panggung ponton itu. Yang laki-laki, Ikhbal, Hasbi dan Diki, fusion untuk mentroll anak-anak cewe yang udah naik dengan cara menggoyang-goyangkan panggung itu. Anak-anak pada panik, yang cowo pada ketawa. Karena gw dan Dika cowo, kita juga tertawa. Bahkan bapak-bapak yang duduk-duduk deket situ ikut nyengir. Tiba-tiba ada satpam yang mendekati kita. Anak-anak yang masih diatas panggung pun langsung turun. Melihat mereka semua sudah turun, satpam yang tadi cuman mindahin cone di parkiran dekat kita. Ga tau itu tujuan utamanya atau ngeles aja karena mau marahin kita tapi kitanya udah turun.

Setelah sesi poto, kita ngeliat ada 3 orang yang naik sepeda tandem 3 di seberang danau. Wati langsung ide "Eh itu Moza kali! Woi!" dia langsung teriak sambil melambaikan tangan. Kita pun mengikuti kesesatannya. Lalu ada yang nyadar. "Eh itu bukan mereka!" peringatannya terlambat. Orang yang naik sepeda tandem 3 itu pun sudah kadung merasa dipanggil dan di lambaikan tangan langsung membalas lambaian tangan kami. Yak, semua orang yang ikut dalam perjalanan ini tidak ada yang normal. Saat kita sudah siap untuk kembali ke alun-alun buat balikin sepeda, Bapak-bapak yang tadi ketawa langsung bawa anaknya naik ke atas panggung yang tadi di naikin. Rupanya mereka juga udah target lock.

Sepanjang perjalanan gw merasa kayuhan sepedanya berat. "Berat ga yo? Ikhbal nanyain ke gw. Gw tau si Dika kagak ngikut kayuh. Bahkan lebih dari itu. Dia ngadep belakang duduknya. Gw mau jatuhin tapi itu tandanya gw juga jatuh. Selagi memikirkan cara agar membuat Dika kapok, gw melihat kubangan air. Challenge accepted. Gw langsung ngebut ke arah sana dan BRESSSHH!!! Air tepat mengenai muka Dika yang ngadep belakang. Serve you right, scumbag.


Sampai juga di alun-alun.  Tapi di alun-alun ini kok ga ada tenda seperti yang tadi kita minjem sepeda ini? Setelah disekilidiki.... selidikikili..... seklidiki... sedipijiri.... GYAAHHH!!! *flipping table* Selidiki.. nah! Selidiki! Setelah diselidiki ternyata alun-alun yang kita maksud itu di seberang monas kw. Ya udah, lanjut lagi dah.

Sampai di alun-alun yang dimaksud. Semua langsung balikin sepedanya, tapi tidak sepeda gw, karena sepeda ini kartu peminjamnya ada Dimas, yang tidak terlihat di tempat peminjaman sepeda. Gw sekali lagi menghubungi Dimas. Akhirnya di jawab. " Gw udah balikin sepeda. Gw ada di tenda ice cream, deket bus, dibawah pohon". Kalau ini padang pasir yang cuman punya satu tenda ice cream, satu bus, satu pohon sih gampang. Tpi ini parkiran TMII yang jumlah tenda ice creamya belasan, bisnya puluhan, pohonnya ratusan. Gw tanya lagi koordinat posisi yang lebih sulit lagi. "Gw ada di belakangnya bus kalau dari posisi lu. Bus ********* sama bus ********. ada tenda ice creamnya" Nah gitu kek. Akhirnya ketemu lah sama Arsyan, Dimas sama Moza, yang lagi makan ice cream. Gw pun bisa mengembalikan sepeda dengan aman.

Kita istirahat dahulu sebelum kembali mencari makan. Karena pada bingung mau makan apa, kita pun naik motor. Tapi karena Bahloel Ranger ga bawa motor disini, akhirnya ada yang harus tuti (tumpuk tiga). Gw sama Moza tuti sama Ikhbal, sementara Dika sama Arsyan tuti sama Hasbi. Ternyata masih kurang juga tempat buat Dimas. Untung salah satu temenya Moza ada yang bawa sepeda. Jadilah Dimas naik sepeda mengikuti kita. Sabar ya Dim.

Muter muter muter masih ga tau mau makan apa. C*C? One TeraNo. Setalah muter lagi liat kiri kanan ujung-ujungnya kita malah keluar. This is not my plan. Mereka ga ngomong mau makan di luar. Kita belum masuk-masuk ke musiumnya padahal. Tau gini gw sama Bahloel mending misah dah. Tapi apa daya, kita di bonceng. Ya sudahlah kita ngikut aja, yang penting makan. Kita pun dibawa sampai rumahnya Amel, salah satu anak BF yang ikut, yang berada di daerah sekitar depan Lubang Buaya, masuk di Halim bagian luar.

Kita disana mesen makan di warteg. Untuk sebuah ayam cukup besar dengan nasi yang banyak harganya terjun payung dibanding C*C. cuman Rp. 8.000!! Satu hal yang bisa dimaklumi pada jalan-jalan ini adalah makanannya yang memuaskan, baik segi harga maupun rasa. Uenak tenan!

Semua perjalanan memang ada plus minusnya. Plusnya adalah bersepedahan yang lebih epik dari yang kemarin dan makanannya yang lebih yahut. Minusnya belum masuk ke musium-musiumnya.

Part 2 menyusul karena gw udah males ngelanjutin nulis hari ini. Mau main game. Baru download 3 hari yang lalu. Kemana kita pergi di part 2? Nantikan post berikutnya tetap di Bukan 4 Mata! YAAAEEE.... *ditimpuk yang punya Trans 7* Maaf maaf, saya khilaf, tadi salah script saya. Tetep di Bang Tio's Blog!

Eh iya si Beatrix kabar terakhirnya gimana ya? Gw juga belum denger setelah di rumah Amel.

2 komentar: